Rabu, 05 Juni 2013

secangkir kopi

sosok itu sederhana,
namun elegan.

terlihat manis dan ringan,
namun mampu memberi karakter yang kuat.

seperti secangkir kopi ..

ibarat warna,
kamu warna coklat yang tidak mencolok
namun elegan dan bermotif rumit dg seni yang indah.

darimu,
aku melihat Tuhan  begitu kreatif dalam mencipta
memadukan tatapan dan sinar mata dari sorot yang sendu.
merangkai nada merdu dari tiap getaran suaramu
seperti sepoian lembut angin sore..

kamu, sosok pria cerdas elegan yang sederhana
seperti secangkir kopi dipagi hari..



Senin, 27 Mei 2013

sepotong Lumpia


perasaan yang dulu muncul lagi,
ketika banyak hal yang menyibukkanku membuatku lupa perasaan itu.
perasaan seperti di rumah...

setelah bolak-balik tata usaha mengurusi berbagai macam hal, di lorong laboratorium sosok itu berjalan ke arahku, mengeluarkan kotak makan biru tua yang telah disiapkannya.

"kau harus menghabiskannya yen, itu susah-susah loh aku goreng,
pokoknya lima-limanya harus kau habiskan ya"
 

ditengah banyak hal, rasanya ini seperti dirumah, rumah yang sebenarnya.


aku makan, dan ntah bagaimana mukaku, bagaimana sorotan mataku. yang aku tahu saudaraku yang satu ini tertawa melihat mukaku..


ya, aku sadar..
Tuhan mengirimkanku orang-orang yang lebih dari sekedar teman,
sosok-sosok hangat yang begitu sabarnya setia dengan semua hal yang ada pada diriku.
yang melihatku seperti Bapa melihatku,


terimakasih :)

Mei 2013



ntah dari mana memulainya,
seperti balon gas warna-warni yang pagi itu datang tepat pada waktunya..
perlahan lepas dari tangan-tangan para pejuang, seakan menerbangkan emosi yang mendorongnya kian tinggi..

Mei 2013, sekali lagi ntah dari mana memulainya.

ketika aku merasakan semangat 1 diantara kami menjadi semangatku,
ketika aku merasakan lelah dan lega dalam 1 pundak yang sama,
dan ketika aku merasakan senyuman puas dari bibir yang sebelumnya mencibir, mata yang bersinar dan wajah-wajah yang riang..
 3 hari yang cerah dimusim hujan..

ntah dari mana memulainya,
aku hanya percaya,
dan harapanku itu tidak pernah mengecewakan..

 terimakasih Tuhan :')







Senin, 22 April 2013

angin yang kuat

hei,

sudah sejauh ini aku melangkah.
tidak mudah dan begitu lelah.

sepatuku sudah hampir rusak,
dan kakiku sudah penuh luka.

lihat, pakaian ku kotor,
mukaku tebal dengan debu jalan.
aku tidak secantik dulu..

mungkin aku tidak segagah dia,
yang tetap rapi meskipun melewati jalan yang sama sepertiku.
ya, aku akui dia memang hebat.
dan aku pernah mengagumi sekaligus membencinya ya Tuhan..

aku pergi dengan mereka sahabatku,
tapi ternyata kerasnya angin lebih kuat dibandingkan erat tangan kami.
 ya..
lebih kuat..

bukan berarti aku menyesalinya, namun ak juga bukan sosok sehebat itu yang mudah saja menerimanya.
aku sempat diam dan ingin pulang,

lihat,
langkahku terseok..
dengan berantakan dan pakaian yang kotor.

maaf.

maaf,
tapi aku tidak menyesal..

genggaman itu memang lepas, tp aku memegang tangan lain
bukan tangan yg halus,
tp tangan yg lebih kuat dan erat.

aku memang terseok,
kotor dan berantakan,
tapi biarlah

ntah bagaimana ketika aku sampai nanti, atau setelahnya.
aku hanya percaya
aku memulainya dalam Dia
dan aku tidak akan kecewa..




Selasa, 19 Maret 2013

Kamu, si Tahu

aku begitu menyukai tahu.
bagiku didunia ini ada 2 tahu,
tahu yang enak dan tahu yang enak sekali.

aku menyukai tahu,





Rabu, 06 Maret 2013

Mentega dan Roti

Kau temanku, ku temanmu
Kita selalu bersama~
Seperti mentega dengan roti

Kau temanku, ku temanmu
Kita selalu bersama~
Seperti celana dengan baju


Ku akan selalu mendukungmu~
Mendorongmu terus maju
Dan bila kau sedih
Ku akan selalu mendoakanmu
Dalam Tuhan..




Kau temanku, ku temanmu
Kita selalu bersama~
Seperti mentega dengan roti

Kau temanku, ku temanmu
Kita selalu bersama~
Seperti celana dengan baju

(Louis - Agustus 2012)

Jumat, 15 Februari 2013

Dua Bata Jelek

Seorang Bikhu muda bersama teman-temannya membangun tempat ibadah secara mandiri pada suatu waktu pada suatu masa. Si Bikhu muda ini kebagian tugas mendirikan sebuah dinding bata. Padahal sebelumnya, ia tidak memiliki pengalaman bertukang sama sekali .
Mendirikan dinding bata sepertinya terlihat mudah. Tinggal oleskan semen, lalu letakkan bata, oleskan semen lagi, letakkan bata lagi, sampai berdiri dinding kokoh rapi setinggi yang diinginkan.

Tapi ternyata tidak semudah kelihatannya bagi dia.
Meratakan posisi bata dan mengukur takaran semen yang pas perlu pengalaman dan ketelitian. Salah ukur, maka dinding akan miring, atau posisi bata akan tidak teratur.
Namun akhirnya, dengan ketekunan khas penganut Budha, dinding buatannya akhirnya berdiri. Sayanganya, setelah selesai dan diperhatikan, Bikhu muda menemukan ada 2 buah bata yang tidak pas penempatannya. Jelek sekali. Miring. Menonjol.

Bikhu muda ini terus menyesali keberadaan 2 buah bata yang merusak dinding karyanya tersebut. Setiap hari, setiap waktu ia menyayangkan cacat dindingnya. Hingga ia meminta pada Bikhu Senior, pimpinannya, agar diijinkan membongkar dinding tersebut dan membangunnya kembali dengan sempurna.
Namun Bikhu senior melarangnya.


Bikhu muda terus menyesali 2 bata tersebut.
Hingga suatu hari, ketika ia sedang menatap dan merutuki dinding batanya itu, seorang peziarah lewat dan memuji dinding tersebut sebagai dinding yang sangat indah.
Bikhu muda memandang peziarah dengan heran, “Indah? apa anda tidak melihat 2 buah bata cacat yang merusak dinding ini?”
Peziarah balik memandang bikhu muda dan berkata,

 “tentu saja saya melihat 2 bata tersebut, tapi saya juga melihat 9998 buah bata lain yang terpasang dengan rapi dan kokoh…”

Sumber : Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya