Jumat, 15 Februari 2013

Dua Bata Jelek

Seorang Bikhu muda bersama teman-temannya membangun tempat ibadah secara mandiri pada suatu waktu pada suatu masa. Si Bikhu muda ini kebagian tugas mendirikan sebuah dinding bata. Padahal sebelumnya, ia tidak memiliki pengalaman bertukang sama sekali .
Mendirikan dinding bata sepertinya terlihat mudah. Tinggal oleskan semen, lalu letakkan bata, oleskan semen lagi, letakkan bata lagi, sampai berdiri dinding kokoh rapi setinggi yang diinginkan.

Tapi ternyata tidak semudah kelihatannya bagi dia.
Meratakan posisi bata dan mengukur takaran semen yang pas perlu pengalaman dan ketelitian. Salah ukur, maka dinding akan miring, atau posisi bata akan tidak teratur.
Namun akhirnya, dengan ketekunan khas penganut Budha, dinding buatannya akhirnya berdiri. Sayanganya, setelah selesai dan diperhatikan, Bikhu muda menemukan ada 2 buah bata yang tidak pas penempatannya. Jelek sekali. Miring. Menonjol.

Bikhu muda ini terus menyesali keberadaan 2 buah bata yang merusak dinding karyanya tersebut. Setiap hari, setiap waktu ia menyayangkan cacat dindingnya. Hingga ia meminta pada Bikhu Senior, pimpinannya, agar diijinkan membongkar dinding tersebut dan membangunnya kembali dengan sempurna.
Namun Bikhu senior melarangnya.


Bikhu muda terus menyesali 2 bata tersebut.
Hingga suatu hari, ketika ia sedang menatap dan merutuki dinding batanya itu, seorang peziarah lewat dan memuji dinding tersebut sebagai dinding yang sangat indah.
Bikhu muda memandang peziarah dengan heran, “Indah? apa anda tidak melihat 2 buah bata cacat yang merusak dinding ini?”
Peziarah balik memandang bikhu muda dan berkata,

 “tentu saja saya melihat 2 bata tersebut, tapi saya juga melihat 9998 buah bata lain yang terpasang dengan rapi dan kokoh…”

Sumber : Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar