senyum itu sederhana,
dipayungi rintik alis yang jatuh seirama lengkungnya
sorot yang teduh yang seolah rindang tenang,
tinggi tegap kokoh dan hangat..
bagai Pohon yang Rindang...
hei,
siapa dia?
sosok yang memandang dari balik sorot itu..
seolah itu tanda
bahwa kita akan berada..
Malaikat bersayap memanah,
tepat di bawah Pohon Rindang dekat sebuah Gereja Tua
seolah Matahari jingga menyapu dengan tersipu sore itu..
Jakarta..
Kota tua..
dan Gereja..
Aku berdiri di balik altar,
dan kamu dibalik sorot lensa,
Ya, di Gereja tua yang sama..
Hari itu masih sama..
senyum itu sederhana,
dipayungi rintik alis yang jatuh seirama lengkungnya
sorot yang teduh yang seolah rindang tenang,
tinggi tegap kokoh dan hangat..
aku jatuh cinta pada orang yang sama
pada seorang pria dengan senyum sederhana..
semoga dan selalu Tuhan memberkati kita
:)
Sabtu, 26 November 2016
Sabtu, 06 Agustus 2016
ONE DAY WHEN I DECIDED TO QUIT
One day, I decided to quit
I quit my job, my relationship, my spirituality…
I wanted to quit my life.
I quit my job, my relationship, my spirituality…
I wanted to quit my life.
I went to the woods to have one last talk with God
“God”, I asked,
“Can you give me one good reason not to quit?”
His answer surprised me…
“Look around”, He said.
“Do you see the fern and the bamboo?”
“Yes”, I replied.
“When I planted the fern and the bamboo seeds,I took very good care of them.
I gave them light. I gave them water. The fern quickly grew from the earth. Its brilliant green covered the
floor. Yet nothing came from the bamboo seed. But I did not quit on the
bamboo...
In the second year the Fern grew more vibrant and plentiful.
And again, nothing came from the bamboo seed. But I did not quit on the bamboo. He said.
“In year three there was still nothing from the bamboo seed.
But I would not quit.
In year four, again, there was nothing from the bamboo seed.
I would not quit.” He said.
“Then in the fifth year a tiny
sprout emerged from the earth.
Compared to the fern it was seemingly
small and insignificant…
But just 6 months later the bamboo rose to over
100 feet tall. It had spent the five years
growing roots. Those roots made it strong and gave it what it needed to
survive.I would not give any of my creations a challenge it could not
handle.”
He asked me. “Did you know, my child, that all this time you have been struggling, you have actually been growing roots”.
“I would not quit on the bamboo.I will never quit on you.”
“Don’t compare yourself to others.” He said.”The bamboo had a different Purpose than the fern. Yet they both make the forest beautiful.”
“Your time will come”, God said to me.
“You will rise high”.
“How high should I rise?” I asked.
“How high will the bamboo rise?” He asked in return.
“As high as it can?” I questioned.
”Yes.” He said,
“Give Me glory by rising as high as you can.”
I left the forest and brought back this story.
I hope these words can help you see that God will never give up on you.
Never, Never, Never, Give up.
Don’t tell the Lord how big the problem is,
tell the problem how Great the Lord is!
http://www.hootex.com/no-matter-whats-happening-life-right-now-must-read/
http://www.hootex.com/no-matter-whats-happening-life-right-now-must-read/
Selasa, 26 Juli 2016
Pria Pemimpi
Halo bagaimana dengan mimpi mimpimu wahai Pria Pemimpi? :)
Aku jatuh cinta pada mu
pada seorang Pria Pemimpi.
aku adalah telinga yang selalu akan menampung beribu impianmu
Pria pendiam dengan sejuta bahasa dalam cita
tau kah kamu wahai Priaku?
mimpi-mimpimu adalah arti dirimu..
ya,
kau Pria gagah dengan sejuta rencana
mata mu, berbinar seolah turut bercerita tentang mimpi-mimpimu
Aku jatuh cinta pada mu
pada seorang Pria Pemimpi.
anak tangga yang kau susun satu persatu.
sampai saat ini..
Aku adalah orang yang akan selalu percaya bahwa mimpimu itu nyata,
Aku adalah orang yang akan selalu percaya bahwa mimpimu itu nyata,
Tuhan memeluk mimpi-mimpi kita.
:)
:)
Minggu, 28 Februari 2016
Menjadi Manusia yang Bahagia
Alihbahasa oleh Rm. Ignatius Ismartono, SJ
"Engkau mungkin memiliki kekurangan, merasa gelisah dan kadangkala hidup tak tenteram, namun jangan lupa hidupmu adalah sebuah proyek terbesar di dunia ini. Hanya engkau yang sanggup menjaga agar tidak merosot.
Ada banyak orang membutuhkanmu, mengagumimu dan mencintaimu.
Aku ingin mengingatkanmu bahwa menjadi bahagia bukan berarti memiliki langit tanpa badai, atau jalan tanpa musibah, atau bekerja tanpa merasa letih, ataupun hubungan tanpa kekecewaan. Menjadi bahagia adalah mencari kekuatan untuk memaafkan, mencari harapan dalam perjuangan, mencari rasa aman di saat ketakutan, mencari kasih di saat perselisihan.
Menjadi bahagia bukan hanya menyimpan senyum, tetapi juga mengolah kesedihan.
Bukan hanya mengenang kejayaan, melainkan juga belajar dari kegagalan.
Bukan hanya bergembira karena menerima tepuk tangan meriah, tetapi juga bergembira meskipun tak ternama.
Menjadi bahagia adalah mengakui bahwa hidup ini berharga, meskipun banyak tantangan, salah paham dan saat-saat krisis.
Menjadi bahagia bukanlah sebuah takdir, yang tak terelakkan, melainkan sebuah kemenangan bagi mereka yang mampu menyongsongnya dengan menjadi diri sendiri.
Menjadi bahagia berarti berhenti memandang diri sebagai korban dari berbagai masalah, melainkan menjadi pelaku dalam sejarah itu sendiri. Bukan hanya menyeberangi padang gurun yang berada diluar diri kita, tapi lebih dari pada itu, mampu mencari mata air dalam kekeringan batin kita.
Menjadi bahagia adalah mengucap syukur setiap pagi atas mukjizat kehidupan.
Menjadi bahagia bukan merasa takut atas perasaan kita. Melainkan bagaimana membawa diri kita. Untuk menanggungnya dengan berani ketika diri kita ditolak. Untuk memiliki rasa mantab ketika dikritik, meskipun kritik itu tidak adil. Dengan mencium anak-anak, merawat orang tua, menciptakan saat-saat indah bersama sahabat-sahabat, meskipun mereka pernah menyakiti kita.
Menjadi bahagia berarti membiarkan hidup anak yang bebas, bahagia dan sederhana yang ada dalam diri kita; memiliki kedewasaan untuk mengaku "saya salah", memiliki keberanian untuk berkata "maafkan saya".
Memiliki kepekaan untuk mengutarakan "Aku membutuhkan kamu" ; memiliki kemampuan untuk berkata "Aku....
Dengan demikian hidupmu menjadi sebuah taman yang penuh dengan kesempatan untuk menjadi bahagia.
Di musim semi-mu, jadilah pecinta keriangan.
Di musim dingin-mu, jadilah seorang sahabat kebijaksanaan.
Dan ketika engkau melakukan kesalahan, mulailah lagi dari awal.
Dengan demikian engkau akan lebih bersemangat dalam menjalankan kehidupan.
Dan engkau akan mengerti bahwa kebahagiaan bukan berarti memiliki kehidupan yang sempurna,
melainkan menggunakan airmata untuk menyirami toleransi, menggunakan kehilangan untuk lebih memantabkan kesabaran, kegagalan untuk mengukir ketenangan hati, penderitaan untuk dijadikan landasaan kenikmatan, kesulitan untuk membuka jendela kecerdasan.
Jangan menyerah...
Jangan berhenti menghasihi orang orang yang engkau cintai.
Jangan menyerah untuk menjadi bahagia karena kehidupan adalah sebuah pertunjukan yang menakjubkan.
Dan engkau adalah seorang manusia yang luarbiasa!"
- Paus Fransiskus -
Langganan:
Postingan (Atom)